Hakikat Guru
Antara Guru Dengan Pendidik
Guru juga dapat diistilahkan dengan istilah pendidik, yaitu orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.
Meskipun istilah guru disamakan dengan istilah pendidik, tetapi antara keduanya memiliki perbedaan. Istilah guru lebih sempit daripada pendidik, istilah guru sering dipakai di lingkungan pendidikan formal, artinya guru adalah orang dewasa yang bertugas mendidik anak didik dalam suatu lembaga formal seperti sekolah, apabila jam sekolah telah berakhir atau anak didik telah lulus dari sekolah tempat dia menimba ilmu istilah guru ada kemungkinan tidak ada lagi atau hilang, sedangkan pendidik dipakai di lingkungan formal, informal maupun nonformal, artinya orang dewasa yang mendidik anak didik di manapun pendidik itu berada tidak dibatasi ruang dan waktu.
Tugas Pendidik
Tugas seorang pendidik adalah sebagai berikut :
- Membimbing si terdidik. Mencari pengenalan terhadapnya mengenai kebutuhan, kesanggupan, bakat, minat dan sebagainya.
- Menciptakan situasi pendidikan. Situasi pendidikan yaitu suatu keadaan di mana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan baik dan dengan hasil yang memuaskan.
Hakikat Anak Didik
Pentingnya Pendidikan Bagi Anak
Anak adalah merupakan amanat yang dipercayakan kepada ibu bapaknya. Hatinya yang masih murni itu merupakan amanat yang sangat berharga, sederhana, dan bersih dari ukiran dan gambaran apapun. Ia dapat menerima setiap ukiran yang digoreskan padanya, dan ia akan condong ke arah mana ia kita condongkan. (Ahmad Sjalabi. 1970 ; 284-285).
Anak bagaikan selembar kertas putih polos yang masih kosong, tergantung orang tuanya ingin menjadikan seperti apa anak tersebut, apabila kita ingin anak tersebut menjadi anak yang baik pastilah harus kita didik dengan baik pula begitu pula sebaliknya. Karena itulah betapa pentinya pendidikan bagi seorang anak.
Anak yang berpendidikan pastilah berbeda tingkah lakunya dengan anak yang tak berpendidikan baik dari segi kognitif, afektif maupun spikomotorik. Oleh karena itu, anak perlu mendapat bimbingan dari orang dewasa agar pola tingkah lakunya berubah, dalam hal ini adalah tugas pendidik atau guru dan pendidik yang pertama dan utama adalah orang tua.
Keharusan adanya pendidikan bagi anak tersebut akan lebih nyata apabila mengamati kemampuan atau perkembangan anak sesudah dilahirkan oleh ibunya sampai mencapai kedewasaannya. Untuk mendapatkan pengetahuan, kecakapan, keaktifan dan kemampuan maka anak perlu mendapatkan pendidikan dan pihak-pihak yang bertanggung jawab atau pendidik.
Menurut Imam Al-Ghazali, anak adalah amanah Allah dan harus dijaga dan dididik untuk mencapai keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada Allah. Semua bayi yang dilahirkan ke dunia ini, bagai sebuah mutiara yang belum diukir dan belum berbentuk, tetapi amat bernilai tinggi. Maka kedua orang tuanyalah yang akan mengukir dan membentuknya menjadi mutiara yang berkualitas tinggi dan disenangi semua orang. Maka ketergantungan anak kepada pendidiknya termasuk kepada kedua orang tuanya, tampak sekali. Ketergantungan ini hendaknya dikurangi secara bertahap sampai akil balig.
Dasar-Dasar Kebutuhan Anak untuk Mendapat Pendidikan
Secara kodrati, anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidup di dunia ini. Dalam hal ini, keharusan mendapat pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan yang antara lain dapar dikemukakan sebagai berikut :
Aspek Paedagogis
Dalam aspek ini, para ahli didik memandang manusia sebagai animal educandum : makhluk yang memerlukan pendidikan. Dalam kenyataannya manusia dapat dikategorikan, sebagai animal, artinya binatang yang dapat dididik. Sedangkan binatang pada umumnya tidak dapat dididik, melainkan hanya dilatih secara dressur. Artinya latihan untuk mengerjakan sesuatu yang sifatnya statis, tidak berubah. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya dapat dididik dan dikembangkan ke arah yang diciptakan, setaraf dengan kemampuan yang dimilikinya.
Aspek Sosiologis dan Kultural
Menurut ahli sosiologi, pada prinsipnya manusia adalah moscius, yaitu makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar atau yang memiliki insting untuk hidup bermasyarakat.
Apabila manusia sebagai makhluk sosial itu berkembang, maka berarti merupakan makhluk yang berkebudayaan, baik moral maupun material. Di antara satu insting manusia adalah adanya kecenderungan mempertahankan segala apa yang dimilikinya, termasuk kebudayaan. Dan transmisi (pemindahan dan penyaluran serta pengoperan) kebudayaan kepada generasi yang akan menggantikan di masa mendatang.
Aspek Tauhid
Manusia adalah makhluk yang berketuhanan,yang menurut istilah ahli disebut homodivinous (makhluk yang percaya adanya Tuhan) atau disebut juga homoreligious artinya makhluk yang beragama. Di dalam jiwa terdapat insting yang disebut insting religious atau garizah diniyiah (insting percaya pada agama). ltulah sebabnya, tanpa melalui proses pendidikan insting religious atau garizah diniyah tersebut tidak mungkin dapat berkembang secara wajar. Dengan demikian, pendidikan keagamaan mutlak diperlukan untuk mengembangkan insting relegious atau garizah diniyah tersebut.
Referensi:
- Drs. H. Hamdani Ihsan, Drs. H. A. Fuad Ihsan. Filsafat Pendidikan Islam. Pustaka Setia. Bandung. 1998.
- Prof. Dr. Ahmad Sjalabi. Sejarah Pendidikan Islam. Bulan Bintang. Jakarta. 1973.
0 komentar:
Posting Komentar